Tempo dulu sekaran (tema ini dihubungkan dengan semangat 17 agustusan)
Surat gubernur kepala darrah tingkat satu Jawa Tengah pak parjo mencari lokasi sekaran untuk kampus sekaran. Saya setuju, tapi banyak warga yang menolak. Karena untuk kepentingan nasional yaitu pendidikan digunakan bersama. Mengundang sembilan orang saja , sebelah kiri kanan benokok itu tanah sanggem. Banyak yang tidak setuju dengan marah-marah. Dulu terjadi persaingan partai antara PPP dan golkar, saya dulu orang golkar dan orang PPP tidak setuju. Namun warganya banyak yang seder dan setuju tanah untuk IKIP.
Tahun 1988-1989 ikip pindah ke kelud. Dengan semester 3 dan empat. Dulu siswa dari SD-SMP dan SMA di tatar P4. Mahasiswa masih sopan. Dulu jam 10 harus tutup pintu. Rekor pertama pak heri wulyono, retmono, rasdi, at soegito. Saya sering dipanggil oarang –orang di atas. Sekarang lurah dengan rakyat saja tidak pernah ketemu. Lurah dari kota semarang. Dulu pak RT tidak sregep, tapi sekarang yang sregep adalah pak RT nya. Dulu lurah 22.300 rupiah samapi 26.000 termasuk warga. Bengkok sebagai sebagai pancingan dan kemudian di jual bengkoknya lalu di bankan dan bunganya untuk lurah. Tapi akhirnya kembali ke pemerintah. Harga tanah pada saat itu 1600-1750 2000 harga tanah. Calok tanah itu pejabat semua.
30 tahun saya menjadi lurah. Saya pernah dagang jakarta, di datangi pemuda untuk mencalonkan diri menjadi lurah. 1974-1981. saya diagkat menjadi pegawai negeri. Saya tokoh golkar. Sehingg pda saaat itu saya juga pakai uang saat calon. Sekaran pada saat dulu lebih bersih. Yaitu mendapatkan properti empat. Nek wani ora usah wedi-wedi yang wedi ora usah wani-wani. Tidak ada yang njemur celaan di depan. Pagar hidup saat itu diutamakan. Camat dan desa sering menggerakkan kerja bakti.
Lurah ini merupakan tokoh kunci pembebasan tanah sekaran ke pemerintah. Banyak pegawai agrario pusat yang kenal beliau. saya terpilih pertama dua kali. Namun kemudian banyak angkatan yang ingin menjadi lurah. Lurah ini merupakan turunan yang ke 12. mah buyut dan mbah kulo menjadi luarah. Mabh, sesan haryadi, di sodok sesrsan sugeng, kroyokan pangan , kemudian pak patmo (pegawai pemda), dan sekarang pak Sodri. Lurah saat ini hanya sebagai objek orang atas. Kadang-kadang hanya mencari kesalahan Lurah saja. Sugeng sugih bondho dunya, tanah trangkil kanan kiri di unangkan olehnya dan sekarang tidak di bangun-bangun. Saat itu presidennya megawati, carik muntari banyak korupsi dengan lurah sugeng.
Saya sering dijadikan sesepuh untuk membangun langgar dan masjid. Sampai sekarang.
Mahasiswa dulu an sekarang lain. nilai-nilai P4 tidak dihubungkan dengan calon pendidik (mahasiswa unnes). Depan itu penjajah, disitu bebas kebebasen. Sering saya masuk kos-di depan. Tap kadang tidak pakai sopan tertip. Diri sendiri, orang tua dan unnes tidak pernah di jaga kebaikannya. Sekarang sering cium-ciuman-rangkul-rangkulan pada siang hari.
Semarang, 03 September 2006
Informan: Pak Mantan (sudah Meninggal)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar