Rabu, 08 Agustus 2007

Sisi Lain Sekaran: Sebagai Ladang Kemelaratan Sosial

Banyak warung di Sekaran yang kejar gengsi, hal yang dilakukan pemilik warung tergolong unik, yaitu membanting harga antar sesama pemilik warung. Dengan dalih mereka memiliki kos-kosan yang dijadikan modal untuk membuka warung, namun kemudian tidak sedikit juga mereka kolaps. Bahkan beberapa tanah yang dimilikinya harus di sita oleh bank hanya gara-gara membanting harga menu makan. Mereka yang melangami nasib demikian kebanyakan memiliki pandangan bahwa membuka warung adalah membantu anak kuliah yang tiak bisa masak. Ada juga yang berpandangan, dari pada nganggur lebih baik warungan, masalah untung nomor belakangan.

Laporan di atas terlihat lemahnya para pedagang lokal yang rendah dalam menajemen usaha. Hal ini berbeda dengan model manajemen dagang yang dilakukan oleh pendatang, para pendatang menggunakan siasat dagang untung murni dan tidak mau rugi, hal ini berbeda dengan pedagang lokal. Namun kasus di atas adalah salah satu sisi lain Sekaran yang saat ini juga mampu memnumkan perekonomian masyarakat lokal.

Mas Sukaryanto, salah satu pedagang lokal Sekaran dengan Warung Bambu yang terletak digang Cempaka Sari III, mengakui sejak tahun 2000 samapi sekarang dia mampu meraup keuntungan untuk digunakan membangun rumah berlantai dua. Tahun 2000 ke atas memang belum banyak warung, dengan keadaan tersebut, mas Sukaryanto dalam semalemnya tidak kurang pendapatan kotornya mencapai kisaran 500 ribu sampai dengan 700 ribu rupiah. Dengan pendapatan sebesar itu, mas Sukaryanto sangat mudah mendapatkan pendapatan sebesar 100 ribu rupiah. Dalam seharinya mas Sukar (panggilan akrapnya) mampu menghabiskan bahan untuk warungnya sebagai berikut; beras sejumlah 20 kilo gram, es batu satu frezer, telur satu krat, mie dua dus, kopi satu slop. Larisnya warung mas Sukar pada saat itu didukung dengan banyaknya mahasiswa yang bergadang sampai larut malam. Dan warungnya mas Sukar memang warung spesialis buka sampai setenbgah empat pagi. Selain itu masyarakat juga sering bergadang karena pada saat itu masih ramai-ramainya judi togel. Dengan menanti keluarnya nomer togel di tengah larut malam, masyarakat banyak menghabiskan waktunya di warungnya.

Namun warung Mas Sukar saat ini berkurang drastis sampai lima puluh persen. Menurut pengakuannya, dalam semalam mas Sukar hanya mampu menghabiskan mie 20 bingkus dan nasi satu magigjar, dan itupun sering sisa. Turunnya omset sampai 50 % itu selain dikarenakan jarangnya mahasiswa yang beergadang malam dan ditutupnya judi togel, juga menjamurnya warung saat ini. sebagian besar setiap kos-kosan, pemilik kosnya membuka wrung makan awalaupun dalam ukuran kecil-kecilan. Selain itu banyaknya model warung yang atraktif, misalnya desain warung remang-remang dengan menu spesial lauk bakar. Banyaknya warung di Sekaran dikarenakan meningkatnya angka PHK karyawan pabrik, sehingga mendorong mereka membuka usaha yaitu warungan. Walaupun keadaan omset warungnya menurun drastis, mas Sukar percaya bahwa rizki adalah pemberian gusti allah. Dia mengaku bahwa gusti allah ora sare, sehingga adakalanya roda hidup adakalanya di bawah dan adakalanya di atas. Saat ini mas Sukaryanto hanya bisa mengandai-andai, jika saya memiliki modal 10 samapi 20 juta, saya ingin berdagang pakaian di jakarta, Ungkapnya.

Informan:

Mas Sukaryanto

Umur: 35 tahun

Ttl: rembang

Alamat: gang cempaka sari III


Tidak ada komentar: